Responsive Banner design
Home » » SISTIM REPRODUKSI PADA UNGGAS

SISTIM REPRODUKSI PADA UNGGAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh manusia.Unggas mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian manusia untuk bisa memeliharanya. Selain itu ada juga yang berusaha untuk dijadikan sebagai hewan ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Pada unggas jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau
di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari,atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. Dalam bereproduksi, Unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia.Kelompok unggas merupakan hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar. Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh.Hal ini dilakukan  dengan cara saling menempelkankloaka.Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis danductus deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari satu ovarium dan satu ovidak. Dari organ reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan yang ada pada mamalia. Oleh karena itu, pembuatanmakalah sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang system Reproduksi pada Unggas.

B.                 RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?


C.                  Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?


BAB II
PEMBAHASAN

A.                Sistem Reproduksi Unggas
Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium  dan oviduct untuk unggas betina dan testis untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ reproduksi bagian kiri yang berkembang no mal dan berfungsi dengan baik, tetapi untuk bagian kanan mengalami rudimeter.
1.                  Ayam Betina
Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibulum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur  dan vagina). Secara lengkap oviduct dan ovarium digambarkan oleh Nesheim seperti tampak pada gambar 2.
a.                  Ovarium
Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang banyak mengandung folikel-folikel. Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang telah berkembang dan sekitar 3.000 ovum yang belum  masak yang berwarna putih.
Yolk merupakan tempat disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya pada permukaan  dipertahankan oleh latebra. Yolk dibungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju discus germinalis. Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum masak membran vitelina dibungkus oleh membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan selaput folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium yang merupakan mulut dari infundibulum.

Gambar 1. Ovarium dari ayam petelur

Perkembangan kuning telur dimulai setelah oocyt (discus germinalis) berkembang secara perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8  sebelum ovulasi, dengan adanya penimbunan zat-zat makanan. Pada hari ke- 7 sampai 4 sebelum ovulasi pembentukan yolk terjadi sangat cepat. Pada hari ke-7 sampai 6 sebelum ovulasi yolk, sebesar 1/10 kali yolk masak. Pada hari ke-6 sebelum ovulasi terjadi lapisan konsentris yolk dan diameter  yolk berkembang dari 6 sampai 35 mm. Lapisan konsentris terdiri dari lapisan putih dan kuning yang dipengaruhi oleh perbedaan xanthophyl pakan dan periode siang malam. Pada hari ke-4 sebelum ovulasi  yolk sudah berebentuk sempurna seperti pada yolk masak.  Pada hari ke-3 penimbunan komponen yolk mulai lambat dan berhenti sama sekali pada hari ke-1 sebelum ovulasi dengan diameter sekitar 40 mm (Nesheim et al., 1979). Proses perkembangan folikel yolk ini dipengaruhi oleh hormon pituitari setelah terjadinya kematangan seksual pada ayam betina.
Ovarium menghasilkan beberapa hormon pada saat perkembangannya, folikel-folikel pada ovarium ini berkembang karena adanya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari bagian anterior (Nesheim et al., 1979). Anak ayam belum dewasa mempunyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang sempurna. Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut.
Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen memacu pertumbuhan saluran reproduksi dan merangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi lain dalam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertumbuhan tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ovarium, yang berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus untuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal.
a.                  Oviduk
Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang berkembang baik dan satunya mengalami rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan bagian dari ductus Muller. Ujungnya melebar membentuk corong dengan tepi yang berjumbai. Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum atau funnel, magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina.
Gambar 2. Organ reproduksi ayam betina 

Oviduk mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar 40 g (10 g padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam. Secara garis besar terdiri lapisan perotoneal eksternal (serosa), lapisan otot longitudinal luar dan sirkuler dalam, lapisan jaringan pengikat pembawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan mukosa yang melapisi seluruh duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana tanpa lekukan maupun lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta mendapat stimulus dari estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sangat kompleks dengan terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak aktivitas sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi sipleks sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat membedakan antara ovum dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap mensekresikan albumen, kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing tersebut.
 Infundibulum. Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai panjang sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur. Pada bagian leher infundibulum yang merupakan bagian kalasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi. Infundibulum selain tempat ovulasi juga merupakan tempat terjadinya fertilasi. Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan setelah 15 menit di dalam infundibulum, dan dengan gerak peristaltik ovum yang terdapat pada yolk akan masuk ke bagian magnum.
Magnum. Magnum merupakan saluran kelanjutan  dari oviduk dan merupakan bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar. Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm  dan tempat disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam. Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
Ithmus. Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara ithmus dan magnum  terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut garis penghubung  ithmus-magnum. Panjang ithmus sekitar 10 cm dan merupakan tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang terbentuk terdiri dari membran sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam. Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada bagian yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara (air cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur.
Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat. Di dalam uterus  telur mendapatkan kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam kalsium.  Uterus (shell gland) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sampai 20 jam. Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyempurnaan telur dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui dinding uterus dan secara osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20 sampai 25%. Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus. Deposisi terjadi pada bagian inner shell, lapisan mammillary (berupa kristal kalsit) yang membetuk lapisan material berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur berupa kalsit (CaCO3), dan sedikit sodium, potasium dan magnesium. Formasi terbentuknya kerabang telur dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan ion carbonat  didalam cairan uterus yang akan membentuk kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat terbentuk karena adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh enzim carbonic anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion bikarbonat yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas. Beberapa hubungan antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan kerabang telur dapat dilihat pada gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu diperhatikan bahwa kebutuhan kalsium terutama harus disediakan pada pakan, karena jika kekurangan kalsium akan mengambil dari cadangan kalsium pada tulang.

                 
Gambar 3. Pembentukan kerabang telur dalam uterus. 


Pembentukan kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan dari  kerabang  telur  adalah  putih  dan  coklat,  yang  pewarnaannya  tergantung pada genetik setiap individu. Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh darah (50 –70%)  dan disekresikan saat 5 jam sebelum peneluran. Pembentukan kerabang berakhir dengan terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus berupa material organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selubung menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran telur masuk ke vagina. Pada kutikula terdapat lapisan porus yang berguna untuk sirkulasi air dan udara.
 Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan panjang sekitar 12 cm. Telur masuk ke bagian vagina setelah pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyumbat pori-pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka.

1.                  Ayam Jantan
Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T), epididimis (Ep), duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada kloaka (Cl),  Berikut gambarnya

 Gambar 4. Organ reproduksi dan urinari pada ayam jantan

a.                  Testis
Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma.         
b.                  Epididimis
Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens.
c.                   Duktus deferens
Jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua tampak berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum.
d.                 Organ kopulasi
Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi.
A.                Fertilasi
Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel yang disebut zygote. Secara embriologik fertilisasi merupakan pengaktifan sel ovum oleh sperma dan secara genetik merupakan pemasukkan faktor-faktor hereditas pejantan ke ovum.


Gambar 5. Fertilisasi pada ayam 


Hanya beberapa lusin sel sperma yang dapat mendekati ovum dan hanya beberapa sperma yang bisa masuk ke dalam zona pelusida yang akhirnya hanya satu buah sperma yang bisa membuahi ovum. Begitu pula pada unggas, setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum dan akan menembus membran vitelina ovum untuk bertemu sel benih betina, sehingga terbentuk calon embrio. Telur yang dibuahi disebut telur fertil dan telur yang tidak dibuahi disebut telur infertil atau telur konsumsi.

           
   Gambar 6. Perkawinan alami pada ayam


B.                 Irama Bertelur
Irama bertelur merupakan suatu proses yang melibatkan sistem hormon dan sistem syaraf karena adanya variasi panjang siang dan malam yang mempengaruhi ovulasi dan peneluran. Lama penyinaran tertentu akan mempengaruhi sistem syaraf sehingga mengakibatkan pelepasan hormon untuk merangsang terjadinya ovulasi. Ovulasi merupakan suatu proses yang penting untuk  suatu awal produksi telur. 

C.                Pengaruh Cahaya Terhadap Peneluran
Manajemen pengaturan cahaya sangat mempengaruhi proses integral dalam produksi telur. Pengaturan pemberian cahaya dalam manajemen ayam petelur dengan waktu 12 sampai 14 jam dalam satu hari yang terbagi menjadi waktu gelap dan waktu terang, mengingat ayam mempunyai sifat sangat sensitif terhadap waktu penyinaran. Waktu penyinaran ini mempengaruhi sifat mengeram, dewasa kelamin, periode bertelur, produksi telur dan tingkah laku sosial perkawinan.
Penerimaan cahaya pada ayam akan mengakibatkan rangsangan terhadap syaraf pada syaraf optik, yang dilanjutkan oleh syaraf reseptor ke hipothalamus untuk memproduksi hormone releasing factor (HRS).  Hormone releasing factor selanjutnya merangsang pituitaria pars anterior untuk menghasilkan FSH dan LH. HRS juga merangsang pituitaria pars posterior untuk menghasilkan oksitosin.

D.                Pengaruh Hormon Terhadap Peneluran
FSH berpengaruh terhadap perkembangan folikel pada ovarium sehingga mempunyai ukuran yang tertentu. Pada saat perkembangan ovum FSH merangsang ovarium untuk mensekresikan estrogen yang akan mempengaruhi perkembangan pematangan oviduk untuk dapat mensekresikan kalsium, protein, lemak, vitamin, dan substansi lain dari dalam darah untuk pembentukan komponen telur. Hasil sekresi komponen telur tersebut akan mengakibatkan terjadinya perkembangan telur pada oviduk, sehingga dihasilkan telur utuh di dalam oviduk setelah didahului proses ovulasi.
Ovum akan berkembang terus sehingga terjadi pematangan ovum. Proses pematangan ovum disebabkan adanya LH. Setelah ovum masak maka selaput folikel akan pecah dan ovum jatuh ke dalam mulut infundibulum (peristiwa ovulasi), proses ovulasi ini juga disebabkan peranan LH.
Proses pembentukan komponen telur di dalam oviduk berlangsung dengan adanya hormon estrogen, juga terjadi pembentukan granula albumen oleh stimulasi dari hormon androgen dan progresteron sampai tercapai telur sempurna. Setelah telur sempurna, maka pituitaria pars posterior akan mensekresikan oksitosin yang merangsang oviduk sehingga terjadi ovoposition dan merangsang uterus untuk mengeluarkan telur pada proses peneluran. 
E.                 Siklus irama bertelur
Ayam bertelur dengan irama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih pada hari berurutan dan kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam bisa bertelur lima butir atau lebih dalam satu irama bertelur atau disebut clutch.
Ovulasi biasa terjadi pada siang hari, terutama pada jam-jam pagi dan jarang terjadi setelah jam 15.00. Telur setelah ovulasi , sekitar 3,5 jam berada di magnum untuk mendapat selubung albumen, 1,25 jam di ithmus dengan terbentuknya membran kerabang dan 21 jam di uterus untuk terbentuknya kerabang keras. Sehingga secara total dibutuhkan 25 sampai 26 jam untuk waktu pembentukan telur.  Ovulasi berikut pada satu irama bertelur terjadi 30 sampai 60 menit setelah ovoposition sebelumnya. Jadi karena waktu ovulasi tidak terjadi secara teratur setiap siklus 24 jam, maka waktu ovulasi pada hari berikutnya pada clutch yang sama akan terlambat. Akhirnya akan semakin terlambat sampai mencapai jam 14.00 - 15.00. Bila batas waktu ini tercapai, maka akan terjadi penundaan ovulasi, sehingga bertelurnya tertunda satu hari atau beberapa hari sebelum irama bertelur baru dapat dimulai. Ovulasi pada  irama bertelur baru terjadi pada pagi hari .
Ada beberapa tipe clutch, yaitu reguler, ireguler dan kontinyu. Reguler terjadi apabila jumlah telur dan jumlah hari istirahat dalam satu irama bertelur mempunyai jumlah yang sama. Ireguler terjadi apabila jumlah telur dan jumlah hari istirahat dalam satu irama bertelur tidak sama.  Kontinyu terjadi jika terjadi pengulangan jumlah telur dan satu hari istirahat yang sama pada satu irama peneluran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan berikut:
1.      Reguler: + + +  - -  + + + - -  + + +  dst.
2.      Ireguler: + + + +  - -  + + +  - -  + + + + + dst.
3.      Kontinyu: + + + + +  -  + + + + + - + + + + + dst



BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dan diskusi dalam makalah ini dapat ditarik eksimpulan antara lain:
1.                  Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua, yaitu reproduksi jantan dan betina. Reproduksi jantan terdiri dari Testis yang berjumlah sepasang, Saluran reproduksi berupa tubulus mesonefrus, Duktus aferen, Epididimis, kloaka. Sedangkan pada betina terdiri dari Ovarium dan Saluran reproduksi berupa ovidak yang terdiri dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina dan kloaka.
2.                  Proses pembentukan telur pada unggasyaitu :
• ovarium dan ovidak yang mengalami perubahan-perubahan
• kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating hormone (FSH).
• folikel ovarium bertambah
• ukuran ovidak bertambah besar sehingga memungkinkan memproduksi protein albumen, membrane kerabang, kalsium krbonat kerabang, dan kultikula.
• Tingkat esterogen, plasma darah, yang tinggi mulai perkembangan tulang, mendulayer, merangsang protein yolk, dan pembentukan lemak oleh hati
• Yolk pertama terbentuk kemudian di ikuti pembentukan yolk kedua.
• Ovarium yang aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesterone, testosterone.
• sekitar 7 hari sebelumovulas95-99%,materialyolkditambahkan.
• zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovidak
•Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk ke dalam infundibulum
•Terjadipertemuandenganseljantan
•Diteruskan kemagnum
•telur menerima lapisan albumen
•Sekresi albumen kedalam lumen.
•bergerakkeisthmusTelur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam
•Telurbergerakkeuterus(22jam.)
• dikeluarkan. Dengan ujung yang tumpul yang lebih dulu.
3.                  Perkembangan embrio ada dua yaitu :
a) Perkembangan telur sebelum ke luar tubuh dan di luar tubuh meliputi : Pembuahan, Zigot, Embrio berkembang, Dalam isthmus sel membelah pertama, Menjadi blastoderm,gastrulasi.
b) Perkembangan embrio selama penetasan meiputi : Telur dierami dan terbentuk lapisan ke tiga yaitu mesoderm, Berkembang menjadi tulang, darah dan organ sekretori, Embrio berkembang karena adanya membran ekstra embrional.(choiron, amnion, yolk sac dan allantois). Embrio terus berkembang hingga akhirnya telur menetas.b.Penetasan ada dua yaitu secara alam yang dilakukan oleh induknya sendiri dengan cara dierami dan secara buatan dengan menggunakan mesin buatan. 
 


  
DAFTAR PUSTAKA



Suprijatna, Edjeng. 2008. Ilma Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press.
Rasyaf M., 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono dan Soedarsono)

responsif