Ternak merupakan hewan yang umum
telah dibudidayakan oleh masyarakat. Ditinjau dari struktur pencernakannya maka
dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu ternak ruminansia dan ternak
non ruminansia.
Ternak ruminansia adalah sebutan untuk semua ternak yang
mempunyai struktur pencernaan ganda yaitu terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum, Atau lebih tepat dikatakan bahwa ternak ruminansia adalah ternak yang mempunyai sistim pencernakan pakan yang khas sehingga menyebabkan ternak tersebut mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas relatif rendah menjadi produk bergizi tinggi, seperti daging dan susu. Ciri khas dari ternak ruminansia adalah adanya rumen yang merupakan ekosistem mikroba yang berperan dalam penguraian bahan pakan dan mikroba juga berfungsi sebagai bahan protein ternak.
mempunyai struktur pencernaan ganda yaitu terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum, Atau lebih tepat dikatakan bahwa ternak ruminansia adalah ternak yang mempunyai sistim pencernakan pakan yang khas sehingga menyebabkan ternak tersebut mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas relatif rendah menjadi produk bergizi tinggi, seperti daging dan susu. Ciri khas dari ternak ruminansia adalah adanya rumen yang merupakan ekosistem mikroba yang berperan dalam penguraian bahan pakan dan mikroba juga berfungsi sebagai bahan protein ternak.
Kemudian
dilihat berdasarkan ukuran bobot badan atau besar tubuhnya maka
ternak ruminansia dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu ruminansia
besar dan ruminansia kecil. Pada buku ini hanya akan dinahas ternak ruminansia
besar. Ruminansia besar terdiri atas beberapa jenis atau bangsa
ternak, diantaranya:
1.1.
Ternak Sapi.
Sapi adalah salah satu jenis ternak
yang cukup dikenal oleh masyarakat luas. Beternak sapi mempunyai beberapa
manfaat dan merupakan suatu usaha yang mempunyai prospek yang cukup
menjanjikan. Sapi juga merupakan ternak yang paling berperan
dalam memenuhi kebutuhan sumber protein hewani.
Salah satu manfaat yang secara
langsung dapat dirasakan pada kita semua adalah ternak sapi sangat bermanfaat
bagi manusia sebagai sumber protein hewani yang paling besar yaitu sebagai
penghasil daging dan sebagai penghasil air susu. Dengan kata lain
dikatakan bahwa kebutuhan daging sapi meningkat sejajar dengan meningkatnya
taraf hidup bangsa.
Sapi yang ada di dunia pada saat ini
dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok sapi-sapi
tropis dan kelompok sapi-sapi sub topis. Kelompok sapi tropis contohnya sapi
Zebu, Bos sondaicus, sapi Bali dan sapi Madura. Sedangkan yang
termasuk kelompok sapi sub tropis adalah sapi Aberdeen angus, sapi Hereford,
sapi Shorthorn, sapi Charolais, sapi Simmental, sapi Frisien Holland, dan masih
banyak lagi jenisnya.
Sedangkan
berdasarkan tujuan dari pemeliharaan maka bangsa sapi dapat dibedakan beberapa
tipe yaitu:
1.1.1.
Sapi Tipe Potong
Sapi tipe potong adalah
sapi-sapi yang mempunyai kemampuan untuk memproduksi daging dengan cepat,
pembentukan karkas baik dengan komposisi perbandingan protein dan lemak
seimbang hingga umur tertentu. Sapi potong pada umumnya mempunyai ciri-ciri:
-
Bentuk tubuh yang lurus dan padat
-
Dalam dan lebar
-
Badannya berbentuk segi empat dengan semua bagian
badan penuh berisi daging.
Sapi-sapi yang termasuk dalam tipe sapi potong
diantaranya:
1)
Sapi Brahman
2)
Sapi Ongole
3)
Sapi Sumba Ongole (SO)
4)
Sapi Hereford
5)
Sapi Shorthorn
6)
Sapi Brangus
7)
Sapi Aberden Angus
8)
Sapi Santa Gartudis
9)
Sapi Droughtmaster
10) Sapi Australian Commercial Cross
11) Sapi Sahiwal
Cross
12) Sapi Limosin
13) Sapi
Simmental
14) Sapi
Peranakan Ongole
1.1.1.1. Sapi Brahman
Brahman
merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam Bos indicus, yang
kemudian diekspor ke seluruh dunia. Jenis yang utama adalah Kankrej (Guzerat),
Nelore, Gir, dan Ongole. Sapi Brahman digunakan sebagai penghasil
daging. Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai punuk besar, tanduk,
telinga besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada.
Gambar pejantan Brahman tertera pada Gambar
6. Sapi Brahman selama berabad-abad menerima kondisi kekurangan pakan,
serangan serangga, parasit, penyakit dan iklim yang ekstrim.
Sumber:Ensiklopedi Wikipedia,
2007
Gambar : Sapi Brahman Jantan
Di India
menjadikan sapi Brahman mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Daya
tahan terhadap panas juga lebih baik dari sapi eropa karena memiliki lebih
banyak kelenjar keringat, kulit berminyak di seluruh tubuh yang membantu
resistensi terhadap parasit.
Kharakteristik
Sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa antara
800 sd 1100 kg, sedang betina 500-700 kg. berat pedet yang baru lahir antara
30-35 kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompettif dengan jenis sapi
lainnya. Persentase karkas 48,6 s.d 54,2%, dan pertambahan berat harian
0,83-1,5 kg. Sapi Brahman mempunyai sifat pemalu dan cerdas serta dapat
beradaptasi dengan lingkungannya yang bervariasi. Sapi ini suka menerima
perlakuan halus dan dapat menjadi liar jika menerima perlakuan kasar.
Konsekuensinya penaganan sapi ini harus hati-hati. Tetapi secara keseluruhan
sapi Brahman mudah dikendalikan.
Sapi Brahman
warnanya bervariasi, dari abu-abu muda, merah sampai hitam. Kebanyakan berwarna
abu muda dan abu tua. Sapi jantan warnanya lebih tua dari betina dan memeliki
warna gelap didaerah leher, bahu dan paha bawah.
Sapi Brahman dapat beradaptasi dengan baik terhadap panas, mereka dapat
bertahan dari suhu 8-105 F, tanpa ganguan selera makan dan produksi susu. Sapi
Brahman banyak dikawin silangkan dengan sapi eropa dan dikenal dengan Brahman
Cross (BX).
1.1.1.2. Sapi Ongole
Sapi Ongole
berasal dari India, tepatnya di kabupaten Guntur, propinsi Andra Pradesh. Sapi
ini menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia.
Karakteristik Sapi
ongole merupakan jenis ternak berukuran sedang, dengan gelambir yang lebar yang
longgar dan menggantung. Badannya panjang sedangkan lehernya pendek. Kepala
bagian depan lebar diantara kedua mata. Bentuk mata elip dengan bola mata dan sekitar mata berwarna hitam. Telingan
agak kuat, ukuran 20-25 cm, dan agak menjatuh. Tanduknya pendek dan tumpul,
tumbuh kedepan dan kebelakang. Pada pangkal tanduk tebal dan tidak ada retakan.
Gambar sapi jantan tertera pada Gambar 7. Warna yang populer adalah
putih. Sapi jantan pada kepalanya berwarna abu tua, pada leher dan kaki
kadang-kadang berwarna hitam. Warna ekor putih, kelopak mata putih dan otot
berwarna segar, kuku berwarna cerah dan badan berwarna abu tua.
Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 tahun mencapai dewasa penuh. Bobot sapi
600 kg pada sapi jantan dan 300-400 kg untuk sapi betina. Berat lahir 20-25 kg.
persentase karkas 45-58% dengan perbandingan daging tulang 3,23 : 1.
Sumber: Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar : Sapi Ongole Jantan
1.1.1.3. Sumba Ongole (SO)
Sapi ongole (Bos
indicus) memerankan peran yang penting dalam sejarah sapi di Indonesia.
Sapi jantan Ongole dibawa dari daerah Madras, India ke pulau Jawa, Madura dan
Sumba. Di Sumba dikenal dengan sapi Sumba Ongole.
Sapi Sumba
Ongole (SO) dibawa ke Jawa dan dikawinkan dengan sapi asal jawa dan kemudian
dikenal dengan peranakan ongole (PO).
Sumber: Ensiklopedi Wikipedia,
2007
Gambar : Sapi Sumba Ongole
Sapi ongole dan
PO baik untuk mengolah lahan karena badan besar, kuat, jinak dan bertemperamen
tenang, tahan terhadap panas, dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang
minim.
Sapi-sapi
ongole asal India dimasukkan kali pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda ke
Pulau Sumba, pada awal abad ke 20, sekitar tahun 1906-1907. Dari empat jenis sapi,
yang dimasukkan ke Sumba saat itu, yaitu sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan
sapi Ongole, ternyata hanya sapi Ongole yang mampu beradaptasi dengan baik dan
berkembang dengan cepat, di pulau yang panjang musim kemaraunya ini. Sekitar
tujuh atau delapan tahun kemudian, pada tahun 1914, Pemerintah Hindia Belanda
menetapkan Pulau Sumba sebagai pusat pembibitan sapi Ongole murni. Upaya ini
disertai dengan memasukkan 42 ekor sapi ongole pejantan, berikut 496 ekor sapi
ongole betina serta 70 ekor anakan ongole.
Dalam laporan
tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur (1989) tercatat, pada tahun
1915, Pulau Sumba sudah mengekspor enam ekor bibit sapi ongole pejantan. Empat
tahun kemudian, pada 1919, ekspor sapi ongole dari Pulau Sumba tercatat
sebanyak 254 ekor, dan pada tahun 1929, meningkat mencapai 828 ekor. Sapi-sapi
asal Sumba ini pun memiliki merek dagang, sapi Sumba Ongole (SO).
Perkembangan
selanjutnya, Sumba kembali ditetapkan sebagai pusat pembibitan sapi ongole
murni di masa pemerintahan Presiden Soeharto, melalui Undang-Undang Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 6 Tahun 1967.
Sapi ongole
memang menjadi ciri khas Pulau Sumba, terutama Sumba Timur. Selain
sapi, kekhasan lain Sumba Timur adalah padang rerumputan (sabana).
Bentangan sabana kering tampak bagaikan lautan menguning. Kemarau panjang
mencapai puncaknya di bulan Oktober. Kondisi alam yang menantang ini menjadi
rutinitas bagi sebagian penduduk di Pulau Sumba, yang mengandalkan penghidupan
mereka sebagai penggembala.
Memasuki wilayah
kecamatan Pandawai, Sumba Timur, misalnya terlihat kawanan sapi berkeliaran di
hamparan rerumputan kering. Sumba Timur memang berpotensi mengembangkan
peternakan secara ekstensif. Tidak hanya sapi, tetapi juga kuda dan kerbau,
atau ternak-ternak kecil lainnya. Statistik Pertanian Sumba Timur (2003)
menunjukkan, jumlah ternak sapi potong, kerbau, dan kuda di kabupaten ini
mencapai 100.600 ekor. Jumlah ternak di satu kabupaten ini jauh lebih banyak
dibanding jumlah ternak di Provinsi Kalimantan Timur (73.200 ekor) atau Papua
(74.000 ekor).
Kabupaten seluas 7.000,50 kilometer persegi ini terbagi menjadi 15
kecamatan, dan rata-rata di setiap kecamatan terdapat lebih dari 2.000 ekor
ternak besar, baik sapi, kerbau, ataupun kuda. Hingga tahun 2003, di Kecamatan
Pandawai tercatat terdapat lebih dari 6.000 ekor sapi, sedangkan di kecamatan
Panguda Lodu menjadi kecamatan yang memiliki ternak kuda dan kerbau terbanyak,
masing-masing 6.095 ekor kuda dan 5.126 ekor kerbau.
1.1.1.4. Sapi Hereford
Sapi ini
turunan dari sapi Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat jantan rata-rata
900 kg dan berat betina 725 kg. Bulunya berwarna merah, kecuali
bagian muka, dada, perut bawah dan ekor berwarna putih. Bentuk badan membulat
panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagaian sapi bertanduk dan lainnya
tidak. Contoh gambar sapi Hereford
jantan tertera pada Gambar
Sumber:
VEDCA , 2007
Gambar 8. Sapi Hereford Jantan
1.1.1.5. Shorthorn
Sapi ini sama
dengan Hereford yaitu dikembangkan di negara Inggris. Bobot sapi jantan 1100 kg dan sapi berina 850 kg. bulunya berbintik merah dan putih.
Bentuk tubuh bagus dengan punggung lurus. Pertumbuhan ototnya
kompak. Sebagian sapi bertanduk pendek, tetapi kebanyakan tidak
bertanduk. Contoh gambar sapi Shorthorn jantan tertera pada Gambar
Sumber :Ensiklopedi
Wikipedia,2007
Gambar 9. Sapi Shorthorn Jantan
1.1.1.6. Brangus
Sapi Brangus merupakan persilangan
sapi betina Brahman dan pejantan Angus. Ciri khasnya adalah warna hitam dengan
tanduk kecil. Sifat Brahman yang diwarisi brangus adalah adanya punuk, tahan
udara panas, tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan
yang mutunya kurang baik. Sedangkan sapi Angus yang diturunkan produktifitas
dagingnya tinggi dan persentase karkasnya tinggi. Contoh gambar sapi Brangus
jantan tertera pada Gambar
Sumber : Ensiklopedi Wikipedia,2007
Gambar : Sapi Brangus Jantan
1.1.1.7. Aberden
Angus
Sapi angus (Aberden Angus)
berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi ini tidak memiliki
tanduk umur dewasa sapi Angus adalah 2 tahun, hasil karkas tinggi,
sebagai penghasil daging dan tidak digunakan untuk menghasilkan susu. Anak sapi
ukurannya kecil sehingga induk tidak banyak mengalami banyak stres pada saat
melahirkan pedet. Untuk memperbaiki genetik sapi angus sering di kawin
silangkan dengan sapi lain, misalnya sapi Brahman. Hasil persilangan disebut
Brangus (Brahman Angus). Contoh gambar sapi Angus jantan tertera
pada gambar 11. Di Indonesia sapi angus di perkenalkan pada tahun
1973 dari Selandia Baru di di beberapa tempat di Jawa Tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam, berukuran agak panjang, keriting dan
halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang dan ototnya kompak. Sapi tidak
bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan 900 kg, sedangkan betina 700
kg. persentase karkas 60%, dengan mutu daging sangat baik dan lemak menyebar
dengan baik di dalam daging
Sumber
:Ensiklopedi Wikipedia,2007
Gambar : Sapi Aberden Angus
1.1.1.8. Santa Gertrudis
Sapi ini
persilangan dari sapi jantan Brahman dengan sapi betina Shorthorn, dikembangkan
pertama kali di King Ranch Texas AS tahun 1943 dan pada tahun 1973
masuk ke Indonesia. Bobot.jantan.rata-rata.900.kg dan bobot
betina.725.kg. Badan sapi besar dan padat. Seluruh tubuh dipenuhi bulu
pendek dan halus serta berwarna merah kecoklatan. Punggungnya lebar dan dada
berdaging tebal. Kepala lebar, dahi agak berlekuk dan mukanya lurus. Gelambir lebar berada di bawah leher dan perut. Sapi jantan berpunuk kecil dan
kepalanya bertanduk. Berat sapi jantan mencapai 900 kg sedang betina 725 kg.
Dibanding sapi Eropa sapi Santa Gertrudis mempunyai toleransi terhadap panas
yang lebih baik dan pakan yang sederhana dan tahan gigitan caplak. Contoh
gambar sapi Santa Gertudis jantan tertera pada Gambar
Sumber : King Ranch, 2007
Gambar : Santa Gertrudis Jantan
1.1.1.9. Droughmaster
Merupakan
persilangan antara betina Brahman dengan jantan Shorthorn, dikembangkan di
Australia. Banyak dijumpai di peternakan besar di Indonesia. Sifat Brahman
lebih dominan, badannya besar dan otot padat. Warna bulu merah coklat muda
hingga merah atau cokelat tua. Pada ambing sapi betina terdapat bercak putih.
Contoh gambar sapi Droughmaster jantan tertera pada Gambar
Sumber :Ensiklopedi
Wikipedia,2007
Gambar : Sapi Droughmaster
Jantan
1.1.1.10. Sapi ACC
Sapi Australian
Commercial Cross (ACC) yang digunakan sebagai sapi bakalan pada usaha
penggemukan sapi di Indonesia merupakan hasil persilangan sapi-sapi di
Australia yang tidak diketahui dengan jelas asal usul maupun proporsi darahnya.
Dari beberapa informasi yang telah ditelusuri, diketahui bahwa sapi ACC berasal
dari peternakan sapi di Australia Utara (Northern Territory). Sapi ACC tersebut
dapat berupa sapi Shorthorn Cross (SX), Brahman Cross maupun sapi hasil
persilangan sapi-sapi Australia yang cenderung masih mempunyai darah Brahman
(Ngadiyono, 1995).
Meskipun
demikian pengamatan terhadap sapi-sapi bakalan ACC yang diimpor ke Indonesia
menunjukkan bahwa secara fenotipik, karakteristik fisik sapi ACC lebih mirip
sapi Hereford dan Shorthorn yakni tubuh lebih pendek dan padat, kepala besar,
telinga kecil dan tidak menggantung, tidak mempunyai punuk dan gelambir, kulit
berbulu disekitar kepala, pola warna bervariasi antara warna sapi Hereford dan
Shorthorn (Hafid, 1998). Menurut Australian Meat and Livestock Corporation
(1991), sapi ACC merupakan campuran dari Bos Indicus (sapi Brahman) dan Bos
Taurus (Sapi British, Shorthorn dan Hereford), sehingga sapi ini mempunyai
karakteristik menguntungkan dari kedua bangsa tersebut, yaitu mudah beradaptasi
terhadap lingkungan sub optimal seperti Brahman dan mempunyai pertumbuhan yang
cepat seperti sapi British. Hafid dan Hasnudi (1998) telah membuktikan bahwa
sapi bakalan ACC yang kurus jika digemukkan singkat (60 hari) akan sangat
menguntungkan sebab sapi ini menghasilkan pertambahan bobot badan harian ±1.61
kg/hari dengan konversi pakan 8.22 dibandingkan jika digemukkan lebih lama (90
atau 120 hari).
Beattie (1990),
menyatakan bahwa Northern Territory, Kimberley dan Quensland merupakan tempat
pengembang an sapi ACC di Australia yang memiliki sapi-sapi Eropa
antara lain Shorthorn dan Hereford serta sapi India (Zebu) yaitu sapi Brahman.
Program ini telah menghasilkan beberapa bangsa hasil persilangan seperti Santa
Gertrudis, Braford, Droughmaster dan sapi-sapi persilangan lain yang masih
mempunyai darah Brahman.
Sapi Shorthorn
berasal dari Inggris dan merupakan tipe daging dengan bobot jantan dan betina
dewasa masing-masing mencapai sekitar 1.000 kg dan 750 kg (Pane, 1986). Sifat
yang menonjol yaitu temperamen yang baik dan pertumbuhan yang cepat pada
pemeliharaan secara feedlot (Blakely dan Bade, 1992). Sapi Shorthorn dimasukkan
ke Australia pada abad ke 19. Kemudian di CSIRO’S Tropical Cattle Research
Centre di Rockhampton disilangkan dengan sapi Hereford dan menghasilkan sapi
Hereford Shorthorn (HS) dengan proporsi darah 50% Hereford dan 50% Shorthorn
(Turner, 1977; Vercoe dan Frisch, 1980).
1.1.1.11. Sapi Brahman Cross
Minish dan Fox
(1979) menyatakan bahwa sapi Brahman di Australia secara komersial jarang dikembangkan
secara murni dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford Shorthorn (HS). Hasil
persilangan dengan Hereford dikenal dengan nama Brahman Cross (BX). Sapi ini
mempunyai keistimewaan karena tahan terhadap suhu panas dan gigitan caplak,
mampu beradaptasi terhadap makanan jelek serta mempunyai kecepatan pertumbuhan
yang tinggi.
Menurut Turner
(1977) sapi Brahman Cross (BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun CSIRO’S
Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton Australia. Materi dasarnya
adalah sapi American Brahman, Hereford dan Shorthorn. Sapi BX mempunyai
proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford dan 25% darah Shorthorn. Secara
fisik bentuk fenotif sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena
proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas,
bentuk kepala dan telinga besar menggantung. Sedangkan pola warna kulit sangat
bervariasi mewarisi tetuanya.
Sapi Brahman Cross (BX) memiliki
sifat-sifat seperti: persentase kelahiran 81.2%, (2) rataan bobot lahir 28.4
kg, bobot umur 13 bulan mencapai 212 kg dan umur 18 bulan bisa mencapai 295 kg,
(3) angka mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar 5.2%, mortalitas
sebelum disapih 4.4%, mortalitas lepas sapih sampai umur 15 bulan sebesar 1.2%
dan mortalitas dewasa sebesar 0.6%, (4) daya tahan terhadap panas cukup tinggi
karena produksi panas basal rendah dengan pengeluaran panas yang efektif, (5)
ketahanan terhadap parasit dan penyakit sangat baik, serta (6) efisiensi
penggunaan pakan terletak antara sapi Brahman dan persilangan Hereford
Shorthorn (Turner, 1977).
Menurut Winks
et al. (1979), jantan kebiri sapi BX di daerah tropik Quensland secara normal
performansnya di bawah bangsa sapi eropa. Pada lingkungan beriklim sedang,
steer sapi Hereford lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan sapi BX. Lebih
lanjut dijelaskan, pada bobot hidup finishing yang sama produksi karkas sapi BX
lebih berat dibandingkan sapi Frisian karena memiliki persentase karkas
(dressing percentage) yang lebih tinggi. Bobot karkas sapi Shorthorn terletak
antara sapi Brahman dan Hereford. Persentase karkas sapi
Hereford lebih rendah
dibandingkan sapi BX dan lebih tinggi dibandingkan sapi Frisian. Karkas sapi
Frisian memiliki persentase tulang lebih tinggi dibandingkan sapi Shorthorn dan
BX. kadar lemak bervariasi mulai dari 4.2% sampai 11.2%, terendah pada sapi
Frisian dan tertinggi pada Shorthorn.
Di
Indonesia, sapi BX diimpor dari Australia sekitar tahun 1973 namun penampilan
yang dihasilkan tidak sebaik dengan di Australia. Hasil pengamatan di ladang
ternak Sulawesi Selatan memperlihatkan:
- - Persentase
beranak 40.91%,
- - Calf crop
42.54%,
- - Mortalitas
pedet 5.93%,
- - Mortalitas
induk 2.92%,
- - Bobot sapih
umur 8-9 bulan 141.5 kg (jantan) dan 138.3 kg (betina),
-
Pertambahan
bobot badan sebelum disapih sebesar 0.38 kg/hari (hardjosubroto,
1984; ditjen peternakan dan fapet ugm, 1986).
Sebagian
besar sapi di Australia merupakan sapi American Brahman dan Santa Gertrudis
yang di impor dari Amerika. Persilangan antara kedua bangsa sapi ini dengan
sapi Zebu menghasilkan bangsa sapi yang sama dengan sapi American Brahman dan
Santa Gertrudis yakni Brangus dan Braford. Persilangan lebih lanjut
menghasilkan sapi Droughtmaster yang merupakan hasil persilangan dengan
komposisi darah 3/8-5/8 darah Zebu utamanya American Brahman yang di impor dari
Texas (Payne, 1970). Sementara sapi Brangus mempunyai komposisi darah 5/8 Angus
dan 3/8 Brahman (Minish dan Fox, 1979). Contoh gambar sapi BX tertera
pada Gambar
Sumber: VEDCA, 2006
Gambar : Sapi BX
1.1.1.12. Sapi
Limousin
Sapi Limousine merupakan keturunan
sapi eropa yang berkembang di Perancis. Tingkat pertambahan .badan .yang. cepat.perharinya
1,1.kg. contoh sapi Limousine tertera pada gambar 15. Ukuran tubuhnya
besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna
merah mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut
kebawah berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak
melengkung. Bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg.
Sumber:
Vedca, 2007
Gambar : Sapi Limousin
1.1.1.13. Sapi
Simmental
Sapi simental berasal dari Swiss,
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1806. Pemanfaatan sapi Simental untuk
produksi susu, mentega (butter), keju dan daging serta dimanfaatkan
untuk hewan penarik beban. Pada awal 1785 parlemen Swiss membatasi ekpor sapi
Simental karena mereka kekurangan sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kemudian sapi disebar pada 6 benua. Jumlah sapi Simental diperkirakan sekitar
60 juta ekor.
Pada tahun 1990 bulu sapi Simental
berwarna kuning, merah dan putih. Pada dewasa ini kebanyakan berwarna hitam.
Peternak berkeyakinan sapi hitam mempunyai harga yang lebih baik.
Sapi Simental adalah jenis sapi
jinak dan mudah untuk dikelola, dan dikenal dengan pola daging yang ekstrim.
Sapi yang asli badannya besar dengan tulang iga dangkal, tetapi akhir-akhir ini
ukuran sedang lebih disenangi. Sapi jantan beratnya 1000 sd 1400 kg, sedang
betina 600-850 kg. masa produktif sapi betina antara 10-12 tahun.
Sapi Simental dikembangkan Indonesia
tahun 1985 melalui semen beku yang dikawinkan dengan sapi PO. Anak sapi yang
berumur 2 bulan pertumbuhannya pesat sekali. Sapi berumur 23 bulan dapat
mencapai bobot 800 kg dan pada umur 2,5 tahun mencapai 1.100 kg. Di Jawa sapi Simental dikawinkan dengan sapi Friesian Holstein,
untuk mendapatkan sapi yang performasinya lebih baik.
Perkawinannya dilakukan dengan cara
IB, dimana semen yang di pilih sudah diketahui jenis kelaminnya. Anak simental
yang dikehendaki adalah yang jantan, karena jika betina produksi susunya dan
dagingnya kurang baik contoh gambar sapi Simental betina dan jantan tertera
pada Gambar
Sumber
:Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar :
Sapi Simental Betina
Sumber :
Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar : Simental Jantan
1.1.1.14. Sapi PO
Sapi Peranakan
Ongole (PO) merupakan persilangan antara sapi Ongole dengan sapi-sapi lokal yg
ada di Jawa dan Sumatera. Ponok dan gelambir kelihatannya kecil atau tidak ada
sama sekali. Warna bulu sangat bervariasi, tetapi pada umumnya berwarna putih
atau putih keabu-abuan. Banyak terdapat di pulau Jawa terutama Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Contoh gambar sapi PO tertera pada Gambar
Sumber:
Vedca, 2007
Gambar :Sapi Peranakan Ongole