1.
Sapi Tipe Pekerja
Sapi-sapi yang di masukkan dalam
kelompok sapi tipe pekerja pada umumnya mempunyai tubuh yang besar,
perototannya kuat, tulangnya kuat dan besar serta tidak ada pelekatan lemak
dibawah kulit. Mempunyai kulit kuat dan tahan terhadap berbagai cuaca.
Sapi-sapi asli dari Indonesia pada umumnya termasuk dalam
kelompok sapi tipe
pekerja, sebagai contoh sapi bali, dan sapi madura.
1.1. Sapi Bali
Ditinjau dari sistematika ternak, sapi
Bali masuk familia Bovidae, Genus bos dan Sub-Genus Bovine. yang
termasuk dalam sub-genus tersebut adalah; Bibos gaurus,
Bibos frontalis dan Bibos sondaicus, sedang Williamson dan
Payne menyatakan bahwa sapi Bali (Bos-Bibos Banteng) yang
spesies liarnya adalah banteng termasuk Famili bovidae, Genus
bos dansub-genus bibos. Sapi Bali mempunyai ciri-ciri khusus
antara lain; warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah menjadi
hitam. Satu karakter lain yakni perubahan warna sapi jantan kebirian dari warna
hitam kembali pada warna semula yakni coklat muda keemasan yang diduga karena
makin tersedianya hormon testosteron sebagai hasil produk testis. Sapi Bali
merupakan sapi asli Indonesia, yang didomestikasi dari spesies banteng (Bibos
Banteng). Tujuan utama pemeliharaan digunakan sebagai penghasil daging,
kerja penarik bajak, dan kultur sosial lainnya. Sampai saat ini telah di
distribusikan pada 22 propinsi. Warna sapi jantan adalah merah kecoklatan,
dengan warna putih pada sekitas pantat. Sedangkan sapi betina kuning
kemerah-merahan sampai coklat dengan warna putih pada sekitas pantan dan paha.
Bentuk tanduk pada sapi jantan berbentuk U. Di Sulawesi selatan sapi bali
dikawinkan dengan sapi ongole, tetapi darah sapi bali masih dominan.
Sumber :Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar : Banteng Liar
Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa
ada tanda-tanda khusus yang harus dipenuhi sebagai sapi Bali murni, yaitu warna
putih pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah
mulai tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor
hitam, bulu pada bagian dalam telinga putih, terdapat garis belut (garis hitam)
yang jelas pada bagian atas punggung, bentuk tanduk pada jantan yang paling
edial disebut bentuk tanduk silak congklok yaitu jalannya
pertumbuhan tanduk mula-mula dari dasar sedikit keluar lalu membengkok keatas,
kemudian pada ujungnya membengkok sedikit keluar.
Pada yang betina bentuk tanduk yang
ideal yang disebut manggul gangsa yaitu jalannya pertumbuhan
tanduk satu garis dengan dahi arah kebelakang sedikit melengkung kebawah dan
pada ujungnya sedikit mengarah kebawah dan ke dalam, tanduk ini berwarna hitam.
Saat ini penyebaran sapi Bali telah meluas hampir keseluruh wilayah Indonesia,
konsentrasi sapi Bali terbesar adalah di Sulawesi Selatan, Pulau Timor, Bali
dan Lombok. Pane (1989) menyatakan bahwa jumlah sapi Bali di
Sulawesi Selatan dan Pulau Timor telah jauh melampaui populasi sapi Bali
ditempat asalnya (Pulau Bali). Pada tahun 1991 ditaksir jumlah sapi Bali di
Indonesia sekitar 3,2 juta, dengan jumlah terbanyak di Sulawesi Selatan (1,8
juta ekor), Nusa Tenggara Timur (625 ekor) dan Pulau Bali (456 ekor)
(Hardjosubroto, 1994.)
Produktivitas adalah hasil yang
diperoleh dari seekor ternak pada ukuran waktu tertentu (Hardjosubroto, 1994),
dan Seiffert (1978) menyatakan bahwa produktivitas sapi potong biasanya
dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat reproduksi dan pertumbuhan.
Sumber
:Wikipedia encyclopedia, 2007
Gambar : Sapi
Bali Jantan
Sumber :Wikipedia
(encyclopedia)
Gambar
: Sapi Bali Betina
Wodzicka Tomas zewska et al. (1988)
menyatakan bahwa aspek produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari
reproduksi ternak yang bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya
reproduksi tidak akan terjadi produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan
efesiensi produksi ternak dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya.
Dalton (1987) menyatakan bahwa produktivitas ternak merupakan hasil pengaruh
genetik dan lingkungan terhadap komponen produktivitas. Selanjutnya Warwick dan Lagetes (1979) menyatakan bahwa performansi seekor
ternak merupakan hasil dari pengaruh faktor keturunan dan pengaruh komulatif
dari faktor lingkungan yang dialami oleh ternak bersangkutan sejak terjadinya
pembuahan hingga saat ternak diukur dan diobservasi. Hardjosubroto (1994) dan
Astuti (1999) menyatakan bahwa faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang
dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada
ternak untuk menampilkan kemampuannya. Ditegaskan pula bahwa seekor ternak
tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh
lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan
yang baik tidak menjamin panampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik
yang baik. Trikesowo et al. (1993) menyatakan bahwa yang
termasuk dalam komponen produktivitas sapi potong adalah jumlah kebuntingan,
kelahiran, kematian, panen pedet (calf crop), perbandingan
anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih, bobot setahun (yearling), bobot
potong dan pertambahan bobot badan. Tabel 6menunjukkan rataan persentase kelahiran, kematian
dan calf crop beberapa sapi potong di Indonesia.
Astuti et al. (1983) dan
Keman (1986) menyatakan bahwa produktivitas ternak potong di Indonesia masih
tergolong rendah dibanding dengan produktivitas dari ternak sapi di
negara-negara yang telah maju dalam bidang peternakannya, namun demikian Vercoe
dan Frisch (1980); Djanuar (1985); Keman (1986) menyatakan bahwa produktivitas
sapi daging dapat ditingkatkan baik melalui modifikasi lingkungan atau mengubah
mutu genetiknya dan dalam praktek adalah kombinasi antara kedua alternatif diatas.
1.2. Sapi Madura
Sapi Madura
merupakan hasil persilangan sapi Bali (Bibos banteng), sapi Ongole (Bos
indicus) dan sapi Jawa (bos javanicus). Warna sapi merah kecoklatan
tanpa warna putih di pantat. Keseragaman jenis sapi telah dikembangkan oleh
orang madura. Secara umum tubuh kecil dan berkaki pendek. Sapi jantan mempunyai
punuk yang berkembang baik dan jelas, sedangkan sapi betina tidak
berpunuk. Pada kepala terdapat tanduk kecil, melengkung ke depan
dan melingkar seperti bulan sabit. Bobot sapi jantan 300 kg dan sapi betina 250
kg. berat pedet pada waktu lahir 12-18 kg. umur dewasa kelamin 20-24
bulan. Pertambahan berat badan 0,25-0,6
kg per hari. Persentase karkas 48-63% dan perbandingan daging tulang adalah
5,84 :1. Sapi Madura banyak digunakan untuk lomba pacuan sapi yang dikenal
dengan karapan sapi.
Sumber
: Ensiklopedi Wikipedia, 2007
Gambar :
Sapi Madura Untuk Karapan