PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari
oleh manusia.Unggas mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian
manusia untuk bisa memeliharanya. Selain itu ada juga yang berusaha untuk dijadikan
sebagai hewan ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas
mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Pada unggas
jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah
pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau
di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari,atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. Dalam bereproduksi, Unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia.Kelompok unggas merupakan hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar. Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh.Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkankloaka.Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis danductus deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari satu ovarium dan satu ovidak. Dari organ reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan yang ada pada mamalia. Oleh karena itu, pembuatanmakalah sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang system Reproduksi pada Unggas.
di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari,atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. Dalam bereproduksi, Unggas adalah dengan cara bertelur sehingga pada unggas ini memilki organ reproduksi yang berbeda dengan mamalia.Kelompok unggas merupakan hewan ovipar. Sehingga tidak memiliki alat kelamin luar. Walaupun demikian, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh.Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkankloaka.Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis danductus deferens. Sedangkan pada betina terdiri dari satu ovarium dan satu ovidak. Dari organ reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan yang ada pada mamalia. Oleh karena itu, pembuatanmakalah sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang system Reproduksi pada Unggas.
B.
RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah dari
pembuatan makalah ini yaitu :
1.Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
1.Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana sistem reproduksi pada unggas?
2. Bagaimana proses pembentukan telur?
3. Bagaimana perkembangan embrio dan penetasannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem Reproduksi Unggas
Organ
reproduksi pada unggas adalah ovarium dan oviduct untuk unggas
betina dan testis untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ reproduksi
bagian kiri yang berkembang no mal dan berfungsi dengan baik, tetapi untuk bagian
kanan mengalami rudimeter.
1.
Ayam Betina
Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct.
Pada ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari
infudibulum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina). Secara
lengkap oviduct dan ovarium digambarkan oleh Nesheim seperti tampak pada
gambar 2.
a.
Ovarium
Ovarium
terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga perut pada
garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan kuning telur
atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang banyak
mengandung folikel-folikel. Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang
telah berkembang dan sekitar 3.000 ovum yang belum masak yang berwarna
putih.
Yolk merupakan tempat disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya pada permukaan dipertahankan oleh latebra. Yolk dibungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju discus germinalis. Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum masak membran vitelina dibungkus oleh membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan selaput folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium yang merupakan mulut dari infundibulum.
Yolk merupakan tempat disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya pada permukaan dipertahankan oleh latebra. Yolk dibungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju discus germinalis. Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum masak membran vitelina dibungkus oleh membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan selaput folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium yang merupakan mulut dari infundibulum.
Perkembangan kuning telur dimulai setelah oocyt (discus
germinalis) berkembang secara perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8
sebelum ovulasi, dengan adanya penimbunan zat-zat makanan. Pada hari ke- 7
sampai 4 sebelum ovulasi pembentukan yolk terjadi sangat cepat. Pada
hari ke-7 sampai 6 sebelum ovulasi yolk, sebesar 1/10 kali yolk
masak. Pada hari ke-6 sebelum ovulasi terjadi lapisan konsentris yolk
dan diameter yolk berkembang dari 6 sampai 35 mm. Lapisan
konsentris terdiri dari lapisan putih dan kuning yang dipengaruhi oleh
perbedaan xanthophyl pakan dan periode siang malam. Pada hari ke-4
sebelum ovulasi yolk sudah berebentuk sempurna seperti pada yolk
masak. Pada hari ke-3 penimbunan komponen yolk mulai lambat dan
berhenti sama sekali pada hari ke-1 sebelum ovulasi dengan diameter sekitar 40
mm (Nesheim et al., 1979). Proses perkembangan folikel yolk ini
dipengaruhi oleh hormon pituitari setelah terjadinya kematangan seksual pada
ayam betina.
Ovarium menghasilkan beberapa hormon
pada saat perkembangannya, folikel-folikel pada ovarium ini berkembang karena
adanya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar
pituitari bagian anterior (Nesheim et al., 1979). Anak ayam belum dewasa
mempunyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang sempurna. Perlahan lahan
oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna pada saat ayam mulai bertelur,
dengan dihasilkannya FSH tersebut.
Setelah ayam dewasa ovarium juga
memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen memacu pertumbuhan saluran
reproduksi dan merangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi
lain dalam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertumbuhan
tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ovarium, yang
berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus untuk
membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal.
a.
Oviduk
Oviduk
terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus.
Pada unggas oviduk hanya satu yang berkembang baik dan satunya mengalami
rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan bagian dari ductus
Muller. Ujungnya melebar membentuk corong dengan tepi yang berjumbai. Oviduk
terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum atau funnel, magnum,
ithmus, uterus atau shell gland dan vagina.
Gambar 2. Organ reproduksi ayam betina
Oviduk mempunyai struktur yang
kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar 40 g (10 g padat dan 30 g air) dalam
waktu sekitar 26 jam. Secara garis besar terdiri lapisan perotoneal eksternal
(serosa), lapisan otot longitudinal luar dan sirkuler dalam, lapisan jaringan
pengikat pembawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan mukosa yang melapisi
seluruh duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana tanpa lekukan maupun
lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta mendapat stimulus dari
estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sangat kompleks dengan
terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak aktivitas
sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi sipleks
sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat
membedakan antara ovum dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap mensekresikan
albumen, kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing tersebut.
Infundibulum. Infundibulum adalah bagian teratas
dari oviduk dan mempunyai panjang sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk seperti
corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian
kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang
tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur
sampai ke kutub-kutub telur. Pada bagian leher infundibulum yang merupakan
bagian kalasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga
tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyimpanan ini
terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi. Infundibulum selain tempat ovulasi
juga merupakan tempat terjadinya fertilasi. Setelah fertilasi, ovum akan
mengalami pemasakkan setelah 15 menit di dalam infundibulum, dan dengan gerak
peristaltik ovum yang terdapat pada yolk akan masuk ke bagian magnum.
Magnum. Magnum merupakan saluran
kelanjutan dari oviduk dan merupakan bagian terpanjang dari oviduk. Batas
antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar. Magnum
mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen telur.
Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam. Albumen padat yang kaya akan mucin
disekresikan oleh sel goblet yang terletak pada permukaan mukosa magnum dan
jumlah albumen yang disekresikan sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
Ithmus. Setelah melewati infundibulum telur
masuk ke dalam Ithmus. Antara ithmus dan magnum terdapat garis pemisah
yang nampak jelas yang disebut garis penghubung ithmus-magnum. Panjang ithmus sekitar 10 cm dan
merupakan tempat terbentuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak
tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya
mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang terbentuk terdiri dari membran
sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam
albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam. Dua lapisan membran sel telur saling
berhimpit dan ada bagian yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut
rongga udara (air cell), air cell akan berkembang mencapi
1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur.
Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk
yang melebar dan berdinding kuat. Di dalam uterus telur mendapatkan
kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam kalsium. Uterus (shell
gland) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan
telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sampai 20 jam. Selain pembentukan kerabang pada
uterus juga terjadi penyempurnaan telur dengan disekresikannya albumen cair,
meneral, vitamin dan air melalui dinding uterus dan secara osmosis masuk ke
dalam membran sel. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20 sampai 25%. Deposisi kalsium sudah terjadi
sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus. Deposisi terjadi pada
bagian inner shell, lapisan mammillary (berupa kristal kalsit)
yang membetuk lapisan material berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur
berupa kalsit (CaCO3), dan sedikit sodium, potasium dan magnesium. Formasi terbentuknya kerabang telur
dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan ion carbonat didalam cairan uterus
yang akan membentuk kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat terbentuk
karena adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang
terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh
enzim carbonic anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion
bikarbonat yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas.
Beberapa hubungan antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat
di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan kerabang telur dapat dilihat pada
gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu diperhatikan bahwa kebutuhan
kalsium terutama harus disediakan pada pakan, karena jika kekurangan kalsium
akan mengambil dari cadangan kalsium pada tulang.
Gambar 3. Pembentukan kerabang telur dalam uterus.
Pembentukan kerabang juga diikuti
dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan dari kerabang telur
adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya
tergantung pada genetik setiap individu. Pigmen kerabang (oopirin)
dibawa oleh darah (50 –70%) dan disekresikan saat 5 jam sebelum
peneluran. Pembentukan kerabang berakhir dengan terbentuknya kutikula yang
disekresikan sel mukosa uterus berupa material organik dan juga mukus untuk
membentuk lapisan selubung menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran
telur masuk ke vagina. Pada kutikula terdapat lapisan porus yang berguna untuk
sirkulasi air dan udara.
Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah
vagina dengan panjang sekitar 12 cm. Telur masuk ke bagian vagina setelah
pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina
telur hanya dalam waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang berguna
untuk menyumbat pori-pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah.
Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka.
1.
Ayam Jantan
Organ reproduksi ayam jantan terdiri
dari sepasang testis (T), epididimis (Ep), duktus deferens (D.d.) dan organ
kopulasi pada kloaka (Cl), Berikut gambarnya
Gambar 4. Organ reproduksi dan urinari pada ayam
jantan
a.
Testis
Testis
berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada
bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas
testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum Fungsi testis
menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut
sperma.
b.
Epididimis
Epididimis
berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi
sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens.
c.
Duktus deferens
Jumlahnya
sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua tampak
berkelok-kelok. Letak ke arah kaudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka
sebelah lateral urodeum.
d.
Organ kopulasi
Pada unggas duktus deferens berakhir
pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila
kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi.
A.
Fertilasi
Fertilisasi
merupakan suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet yang berbeda,
yaitu sel gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel yang disebut zygote.
Secara embriologik fertilisasi merupakan pengaktifan sel ovum oleh sperma dan
secara genetik merupakan pemasukkan faktor-faktor hereditas pejantan ke ovum.
Gambar 5. Fertilisasi pada ayam
Hanya beberapa lusin sel sperma yang
dapat mendekati ovum dan hanya beberapa sperma yang bisa masuk ke dalam zona
pelusida yang akhirnya hanya satu buah sperma yang bisa membuahi ovum. Begitu
pula pada unggas, setelah terjadi perkawinan sperma akan mencapai infundibulum
dan akan menembus membran vitelina ovum untuk bertemu sel benih betina,
sehingga terbentuk calon embrio. Telur yang dibuahi disebut telur fertil dan
telur yang tidak dibuahi disebut telur infertil atau telur konsumsi.
Gambar 6. Perkawinan alami pada ayam
B.
Irama Bertelur
Irama
bertelur merupakan suatu proses yang melibatkan sistem hormon dan sistem syaraf
karena adanya variasi panjang siang dan malam yang mempengaruhi ovulasi dan
peneluran. Lama penyinaran tertentu akan mempengaruhi sistem syaraf sehingga
mengakibatkan pelepasan hormon untuk merangsang terjadinya ovulasi. Ovulasi
merupakan suatu proses yang penting untuk suatu awal produksi telur.
C.
Pengaruh Cahaya Terhadap Peneluran
Manajemen
pengaturan cahaya sangat mempengaruhi proses integral dalam produksi telur.
Pengaturan pemberian cahaya dalam manajemen ayam petelur dengan waktu 12 sampai
14 jam dalam satu hari yang terbagi menjadi waktu gelap dan waktu terang,
mengingat ayam mempunyai sifat sangat sensitif terhadap waktu penyinaran. Waktu
penyinaran ini mempengaruhi sifat mengeram, dewasa kelamin, periode bertelur,
produksi telur dan tingkah laku sosial perkawinan.
Penerimaan
cahaya pada ayam akan mengakibatkan rangsangan terhadap syaraf pada syaraf
optik, yang dilanjutkan oleh syaraf reseptor ke hipothalamus untuk memproduksi hormone
releasing factor (HRS). Hormone releasing factor selanjutnya
merangsang pituitaria pars anterior untuk menghasilkan FSH dan LH. HRS
juga merangsang pituitaria pars posterior untuk menghasilkan oksitosin.
D.
Pengaruh Hormon Terhadap Peneluran
FSH
berpengaruh terhadap perkembangan folikel pada ovarium sehingga mempunyai
ukuran yang tertentu. Pada saat perkembangan ovum FSH merangsang ovarium untuk
mensekresikan estrogen yang akan mempengaruhi perkembangan pematangan oviduk
untuk dapat mensekresikan kalsium, protein, lemak, vitamin, dan substansi lain
dari dalam darah untuk pembentukan komponen telur. Hasil sekresi komponen telur
tersebut akan mengakibatkan terjadinya perkembangan telur pada oviduk, sehingga
dihasilkan telur utuh di dalam oviduk setelah didahului proses ovulasi.
Ovum akan berkembang terus sehingga
terjadi pematangan ovum. Proses pematangan ovum disebabkan adanya LH. Setelah
ovum masak maka selaput folikel akan pecah dan ovum jatuh ke dalam mulut
infundibulum (peristiwa ovulasi), proses ovulasi ini juga disebabkan peranan
LH.
Proses pembentukan komponen telur di
dalam oviduk berlangsung dengan adanya hormon estrogen, juga terjadi
pembentukan granula albumen oleh stimulasi dari hormon androgen dan
progresteron sampai tercapai telur sempurna. Setelah telur sempurna, maka pituitaria
pars posterior akan mensekresikan oksitosin yang merangsang oviduk sehingga
terjadi ovoposition dan merangsang uterus untuk mengeluarkan telur pada
proses peneluran.
E.
Siklus irama bertelur
Ayam
bertelur dengan irama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih pada hari
berurutan dan kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam bisa bertelur lima
butir atau lebih dalam satu irama bertelur atau disebut clutch.
Ovulasi
biasa terjadi pada siang hari, terutama pada jam-jam pagi dan jarang terjadi
setelah jam 15.00. Telur setelah ovulasi , sekitar 3,5 jam berada di magnum
untuk mendapat selubung albumen, 1,25 jam di ithmus dengan terbentuknya membran
kerabang dan 21 jam di uterus untuk terbentuknya kerabang keras. Sehingga
secara total dibutuhkan 25 sampai 26 jam untuk waktu pembentukan telur.
Ovulasi berikut pada satu irama bertelur terjadi 30 sampai 60 menit setelah ovoposition
sebelumnya. Jadi karena waktu ovulasi tidak terjadi secara teratur setiap
siklus 24 jam, maka waktu ovulasi pada hari berikutnya pada clutch yang
sama akan terlambat. Akhirnya akan semakin terlambat sampai mencapai jam 14.00
- 15.00. Bila batas waktu ini tercapai, maka akan terjadi penundaan ovulasi,
sehingga bertelurnya tertunda satu hari atau beberapa hari sebelum irama
bertelur baru dapat dimulai. Ovulasi pada irama bertelur baru terjadi pada
pagi hari .
Ada
beberapa tipe clutch, yaitu reguler, ireguler dan kontinyu. Reguler
terjadi apabila jumlah telur dan jumlah hari istirahat dalam satu irama
bertelur mempunyai jumlah yang sama. Ireguler terjadi apabila jumlah telur dan
jumlah hari istirahat dalam satu irama bertelur tidak sama. Kontinyu
terjadi jika terjadi pengulangan jumlah telur dan satu hari istirahat yang sama
pada satu irama peneluran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan
berikut:
1. Reguler: + + + -
- + + + - - + + + dst.
2. Ireguler: + + + + -
- + + + - - + + + + + dst.
3. Kontinyu: + + + + +
- + + + + + - + + + + + dst
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil
pembahasan dan diskusi dalam makalah ini dapat ditarik eksimpulan antara lain:
1.
Sistem reproduksi pada unggas dibedakan menjadi dua, yaitu
reproduksi jantan dan betina. Reproduksi jantan terdiri dari Testis yang
berjumlah sepasang, Saluran reproduksi berupa tubulus mesonefrus, Duktus
aferen, Epididimis, kloaka. Sedangkan pada betina terdiri dari Ovarium dan
Saluran reproduksi berupa ovidak yang terdiri dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina dan kloaka.
2.
Proses pembentukan telur pada unggasyaitu :
• ovarium dan ovidak yang mengalami
perubahan-perubahan
• kelenjar pituitary anterior
memproduksi folikel stimulating hormone (FSH).
• folikel ovarium bertambah
• ukuran ovidak bertambah besar
sehingga memungkinkan memproduksi
protein albumen, membrane kerabang, kalsium krbonat kerabang, dan kultikula.
• Tingkat esterogen, plasma darah,
yang tinggi mulai perkembangan tulang, mendulayer, merangsang protein yolk, dan
pembentukan lemak oleh hati
• Yolk pertama terbentuk kemudian di
ikuti pembentukan yolk kedua.
• Ovarium yang aktif mulai
mengahsilkan hormone esterogen, progesterone, testosterone.
• sekitar 7 hari
sebelumovulas95-99%,materialyolkditambahkan.
• zat-zat makanan disalurkan melalui
membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovidak
•Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh
fimbria dan masuk ke dalam infundibulum
•Terjadipertemuandenganseljantan
•Diteruskan kemagnum
•telur menerima lapisan albumen
•Sekresi albumen kedalam lumen.
•bergerakkeisthmusTelur tinggal di
isthmus selama kurang lebih 1,5 jam
•Telurbergerakkeuterus(22jam.)
• dikeluarkan. Dengan ujung yang
tumpul yang lebih dulu.
3.
Perkembangan embrio ada dua yaitu :
a) Perkembangan telur sebelum ke
luar tubuh dan di luar tubuh meliputi : Pembuahan, Zigot, Embrio berkembang,
Dalam isthmus sel membelah pertama, Menjadi blastoderm,gastrulasi.
b) Perkembangan embrio selama penetasan meiputi
: Telur dierami dan terbentuk lapisan ke tiga yaitu mesoderm, Berkembang
menjadi tulang, darah dan organ sekretori, Embrio berkembang karena adanya
membran ekstra embrional.(choiron, amnion, yolk sac dan allantois). Embrio
terus berkembang hingga akhirnya telur menetas.b.Penetasan ada dua yaitu secara
alam yang dilakukan oleh induknya sendiri dengan cara dierami dan secara buatan
dengan menggunakan mesin buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Suprijatna, Edjeng. 2008. Ilma Dasar
Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press.
Rasyaf M., 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono dan Soedarsono)
Nalbandov. A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta. UI Press.
Rasyaf M., 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
James Blakely and David H. Bade, 1985. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigandono dan Soedarsono)