1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sistem respirasi adalah suatu proses
pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme hidup yang
digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida
(CO2) yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh
tubuh. Setiap makhluk hidup melakukan pernafasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernafasan setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernafasan dan mekanisme pernafasan yang berbeda dengan hewan vertebrata. Ada dua jenis respirasi yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup yaitu respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel. Sedangkan respirasi eksternal adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan sisa hasil metabolisme sel yang berupa O2 ( Wiwi Isnaeni, 2006).
tubuh. Setiap makhluk hidup melakukan pernafasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernafasan setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernafasan dan mekanisme pernafasan yang berbeda dengan hewan vertebrata. Ada dua jenis respirasi yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup yaitu respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel. Sedangkan respirasi eksternal adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan sisa hasil metabolisme sel yang berupa O2 ( Wiwi Isnaeni, 2006).
Sistem respirasi pada unggas (ayam) terdiri dari nasal cavities, larynx,
trachea (windpipe), syrinx (voice box), bronchi, bronchiale dan bermuara di
alveoli. Oleh karena unggas memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang,
maka unggas memiliki sistem respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya
pertukaran oksigen yang sangat besar per unit hewan. Untuk melengkapi kebutuhan
oksigen yang tinggi tersebut maka anatomi dan fisiologi sistem respirasi
unggas sangat berbeda dengan mammalia. Perbedaan utama adalah fungsi paru-paru.
Pada mammalia, otot diafragma berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi
paru-paru. Unggas tidak memiliki diafragma sehingga paru-paru tidak mengembang
dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi. Paru-paru hanyalah sebagai tempat
berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah (Sembiring, 2009).
Menurut Diana, 2008 terdapat lima
fungsi utama dari sistem respirasi, yaitu:
1.
Menyediakan
permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah.
2.
Sebagai
jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.
3.
Melindungi
permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai keadaan
lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan
jaringan lain dari patogen.
4.
Sumber
produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi
lainnya.
5.
Memfasilitasi
deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory di superior portion
pada rongga hidung.
Apabila dibandingkan
dengan mammalia, paru-paru ayam relatif lebih kecil secara proporsional dengan ukuran
tubuhnya. Paru-paru tersebut mengambang dan berkontraksi hanya sedikit karena
tidak terdapat diafragma sejati. Paru-paru maupun kantung udara berfungsi
sebagai cooling mechanism (mekanisme pendinginan) bagi tubuh
apabila panas tubuh dikeluarkan lewat pernapasan dalam bentuk uap air. Laju
respirasi diatur oleh kandungan karbon dioksida dalam darah. Apabila kandungan
karbon dioksida meningkat, maka laju pernapasan juga akan meningkat. Laju
pernapasan bervariasi antara 15-25 siklus/menit pada ayam yang sedang
istirahat (Frandson, 1992).
2.
PEMBAHASAN
2.1.
Organ Sistem Respirasi Pada Ayam
Burung bernafas
menggunakan paru-paru dan dibantu dengan pudi-pundi udara/paru-paru tambahan.
Fungsi pundi-pundi udara adalah :
a.
Membantu penafasan
b.
Menjaga
suhu tubuh dan mencegah kehilangan panas tubuh
c.
Membantu
memperkeras suara dengan dengan memperbesar ruang siring
d.
Meringankan
tubuh pada saat terbang (Wiryadi, 2008).
Ayam merupakan salah
satu ternak yang termasuk dalam kelas aves. Adapun organ-organ yang berkaitan
dalam sistem pernafasan paada aves, yaitu:
1) Nares Anteriores (lubang hidung), berjumlah sepasang
terdapat pada pangkal rostrum bagian dorsal.
2) Nares Posteriores, lubang pada palatum, hanya 1 buah, terletak di
tengah.
3) Glottis,
terletak tepat di belakang pangkal lidah dan melanjutkan ke caudal, ke dalam larynx. Glottis ini
berhubungan dengan rongga mulut melalui celah yang disebut rima Glottis
4) Larink, bagian yang disokong oleh cartilago
cricoidea, dan cartilago arytenoidea yang berjumlah
sepasang.
5) Trachea adalah lanjutan larynx ke arah
caudal. Ini berupa suatu pipa mempunyai cincin-cincin tulang yang disebut
annulus trechealis.
6) Bronchus adalah
percabangan trachea ke kanan dan ke kiri, disebut Bronchus dexter dan sinister.
Tempat percebangan branchia tadi disebut bifurcatio
tracheae. Bronchi ini masih terbagi, ke dalam bronchi
leteralis yang masing-masing akan terbagi lagi parabronchi.
7) Pulmo,
terdapat pada ujung-ujung bronchi berjumlah sepasang, melekat pada dinding dorsal
thorax. Pulmo ini dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.
Pulmo mempunyai hubungan dengan kantong-kantong hawa
yang disebut saccus pneumaticus yang terdiri dari:
a. Saccus abdominalis, terdapat diantara lipatan intestinum.
b. Saccus trhoracalis anterior, terletak pada dinding sisi tubuh pada rongga dada
sebelah muka.
c. Saccus thoracolis posterior, terletak tepat di
belakang saccus thoracolis anterior.
d. Saccus interclavicularis, terletak di median, hanya satu buah dan berhubungan
dengan kedua pulmo.
e. Saccus cervicalis, terletak pada pangkal leher, berjumlah
sepasang.
f. Saccus axillaris, yaitu saccus yang dibentuk oleh
penonjolan sisi-sisi dari saccus interreclavicularis yang
terdapat pada daerah ketiak.
8) Syrinx, terdapat pada bifurcatio tracheae. Tersusun dari
beberapa annulus trachealis yang paling caudal dan annulus
bronchialis yang paling cranial. Alat ini membatasi suatu ruangan yang
agak melebar yang disebut tympanum.
Pada bagian trachea
yang tercaudal terdapat suatu cartilago yang terletak melintang dan ventral ke
dorsal, yang disebut pessulus. Pessulus ini menyokong suatu lipatan yang
disebut membran seminularis. Adapun otot-otot yang terdapat di trachea dan
syarinx, yaitu:
a. Musculus syringealis intrinsic, sepasang berorigo pada dinding trchea, dan
berinsertio pada syrinx.
b. Musculus sterno trachealis, sepasang berorigo pada
sternum dan berisertio pada trachea.
Suara pada aves
dihasilkan oleh getaran dari membrana seminularis. Getaran ini terjadi karena
hasil kerja otot-otot di atas. (Prof. Drs. Radiopoetra,1988). Rongga
hidung dilengkapi dengan silia (bulu getar) yang berperan menyaring
partikel-partikel yang tercampur udara yang dihirup ayam, seperti debu maupun
bibit penyakit (virus maupun bakteri). Sedangkan pada bagian trakea, bronkus
dan bronkeolus dilengkapi dengan sel-sel epitel yang juga mempunyai bulu getar
dan sel tak bersilia yang akan menghasilkan lendir yang mengandung enzim
proteolitik dan surfaktan. Adanya enzim dan surfaktan (penurun tegangan
permukaan) tersebut mampu menghancurkan beberapa mikroorganisme patogen. Silia
hidung hanya mampu menahan partikel berukuran 3,7-7,0 mikron, sedangkan
partikel yang lebih kecil lagi akan lolos dan bertahan di saluran pernapasan
ayam. Perlu diketahui juga ukuran partikel yang berada di udara kebanyakan
memiliki diameter 1-5 mikron, sedangkan ukuran virus atau bakteri lebih kecil
lagi contohnya bakteri Mycoplasma berukuran 0,25-0,5 mikron
atau virus AI hanya berdiameter 0,08-0,12 mikron. Bisa dibayangkan jika silia
mengalami kerusakan (misalnya oleh kadar amonia yang tinggi), maka bibit
penyakit akan dengan mudah masuk ke saluran pernapasan dan pada akhirnya ayam
akan mengalami gangguan pernapasan yang berujung pada terjadinya kasus
penyakit.
2.2.
Skema Respirasi Pada Ayam
Dalam sistem
respirasi burung tidak memiliki diafragma, melainkan, udara berpindah dan keluar
dari sistem pernapasan melalui perubahan tekanan pada kantung udara. Otot yang
berada di dada menyebabkan sternum yang akan mendorong ke
luar. Hal ini mengakibatkan tekanan negatif di udara kantung, sehingga udara
memasuki sistem pernapasan (Drs. Foster dan Smith 2007).
2.3.
Siklus Respirasi Pada Ayam
Siklus respirasi pada
ayam berbeda dengan sistem respirasi pada ternak ruminansia. Karena ruminansia
termasuk ternak mamalia, namun secara garis besar siklus respirasi pada ayam
sama dengan siklus respirasi pada aves. Berikut adalah
siklus-siklus respirasdi yang terdapat pada ayam:
1)
Selama inspirasi pertama,
perjalanan udara melalui lubang hidung, ( juga disebut nares yang
terletak di sambungan antara bagian atas paruh atas dan kepala). Seperti dalam
mamalia, udara bergerak melalui lubang hidung ke rongga hidung. Dari rongga
hidung udara melalui larink dan ke trakhea. Udara
bergerak melalui trakhea ke syrink, yang terletak
di titik sebelum trakhea membagi dua. Yang kemudian mengalir
melalui syrink. Udara tidak pergi langsung ke paru-paru, tetapi
perjalanan ke posterior (kantung udara ekor). Sejumlah kecil
udara akan melewati melalui kantung udara ekor untuk paru-paru.
2)
Selama
expirasi pertama, udara dipindahkan dari posterior menuju ke
kantung udara melalui ventrobronchi dan dorsobronchi ke
paru-paru. Bronkus akan membelah udara ke saluran kapiler
dengan diameter yang lebih kecil. Darah kapiler mengalir melalui kapiler udara
dan ini adalah tempat oksigen dan karbondioksida dipertukarkan.
3)
Ketika
burung mengulangi inspirasi kedua kalinya, udara bergerak ke kantung-kantung
udara tengkorak.
4)
Ekpirasi
kedua udara bergerak keluar dari udara tengkorak kantung, melalui syrink ke
trakhea, melalui laring, dan akhirnya melalui rongga hidung dan keluar dari
lubang hidung (Foster dan Smith, 2007).
2.4.
Macam-Macam
Sistem Mekanisme Respirasi Pada Ayam
Prof. Drs.
Radiopoetra, 1988 membagi sistem mekanisme pernafasan pada ayam menjadi dua
macam, yaitu:
1.
Pernafasan pada waktu istirahat
Pernapasan pada
burung di saat hinggap adalah sebagai berikut. Burung mengisap udara lalu udara mengalir lewat
bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang bersamaan dengan itu udara yang
sudah ada di paru-paru mengalir ke pundi - pundi hawa, udara di pundi-pundi
belakang mengalir ke paru-paru lalu udara menuju pundi - pundi hawa depan.
Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal,
antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh (Moreng,
1985).
Pernafasan ini dilakukan ketika
aves dalam kondisi istirahat. Pars
ternalis costae dan pars vertibralis costae, keduanya dihubungkan oleh suatu
persendiaan, sehingga dapat digerakkan. Adapun fase-fase yang
terjadi ketika pernafasan istirahat, yaitu:
a.
Fase inspiratio, pada fase ini costae
bergerak ke arah cranioventral, sehingga cavum thornealis membesar, pulmo
mengembang sehingga udara masuk ke dalam pulmo.
b.
Fase expiratio, pada fase ini costae
kembali ke kedudukan semula, cavum thornealis mengecil. Polmu mengempis, udara
keluar dari pulmo.
2.
Pernafasan pada waktu terbang
Saat terbang
pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan
tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang.
Pada saat terbang, kantung udara berperan sangat penting. Inspirasi dan
ekspirasi dilakukan bergantian oleh kantung udara di antara tulang coracoid
(interclavicular sac) dan kantung udara di bawah tulang ketiak (subsapular
sac). Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara
tulang coracoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke
paru-paru (inspirasi). Saat sayap terkepak turun, kantung udara di bawah ketiak
terjepit sementara kantung udara di antara tulang coracoid mengembang, sehingga
udara masuk ke kantung udara di antara coracoid (ekspirasi). Semakin tinggi
burung terbang, maka semakin cepat kepakan sayapnya, karena kadar oksigen pada
udara di lapisan atas semakin kecil atau menipis (Campbell,1999).
Atau lebih mudahnya
adalah sebagai berikut, pada waktu terbang saccus yamng berfungsi adalah saccus
intercravicularis dan saccus axillaris. Apabila sayap diturunkan saccus
axillaris akan terjepit, sehingga saccus intercravicularis longgar dan
sebaliknya apabila sayap diangkat maka saccus axillaris akan membesar sedangkan
saccus intercravicularismengecil, sehingga dapat terjadi pergantian udara dari
luar ke dalam paru-paru.
2.5.
Perbedaan
Sistem Respirasi pada Unggas (Ayam) dengan Mamalia
Paru-paru pada
mamalia pertukaran oksigen denagn karbondioksida terjadi di kantung mikroskopis yang
terdapat di paru-paru yang kemudian disebut dengan alveoli.
Sedangkan pada paru-paru ayam, pertukaran gas terjadi di dinding mikroskopis
tubulus, yang biasa disebut dengan kapiler udara.
Sistem pernapasan ayam lebih
efisien dibandingkan pada mamalia. mentransfer oksigen lebih dengan
masing-masing pernafasan. Ini juga berarti bahwa racun dalam udara juga
ditransfer lebih efisien. Ini adalah salah satu alasan mengapa asap dari teflon
beracun untuk aves, tetapi tidak untuk mamalia pada konsentrasi yang sama.
Ketika membandingkan ayam dan mamalia dengan berat yang sama, ayam memiliki
tingkat pernafasan yang lebih lambat. Respirasi pada ayam memerlukan dua siklus
pernafasan untuk memindahkan udara melalui sistem pernapasan keseluruhan. Dalam mamalia, hanya satu siklus pernapasan diperlukan.
2.6.
Penyakit
yang Menyerang Sistem Respirasi Ayam
1.
CRD
Chronic respiratory disease (CRD), merupakan penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum. CRD merupakan
penyakit yang menyerang saluran pernapasan dan bersifat kronis, artinya dapat
terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Ayam yang terserang
CRD menunjukan gejala ayam terlihat susah bernapas, ngorok dan nafsu makan
turun. Pada kasus yang parah dapat ditemui leleran eksudat dari hidung,
terdapat eksudat berbuih pada mata dan kadang sinus infraorbitalis mengalami
pembengkakkan.
2.
Korisa
Korisa dapat
menyerang ayam layer maupun broiler, penyakit ini mudah menular dengan angka
kematian 20 % dan kesakitan 100%. Pada ayam layer, penurunan produksi telur
bisa mencapai 10-40%. Korisa disebabkan oleh bakteri Haemophilus
paragallinarum. Ciri khas atau karakteristik korisa yaitu menyerang rongga
hidung dan sinus infraorbitalis, sehingga menyebabkan terjadinya
radang pada sinus, kebengkakan muka dan terjadi leleran hidung yang berbau khas
(amis hingga busuk), kadang ditemukan eksudat serupa keju pada rongga hidung.
2.7.
Penyebab
Gangguan Sistem Respirasi pada Ayam
Penyebab gangguan
sistem pernapasan dibagi menjadi 2 faktor utama, non infeksius dan infeksius.
1.
Non infeksius
a.
Iklim dan cuaca
Fluktuasi suhu dan cuaca yang berubah-ubah dapat
menyebabkan tingkat stres meningkat dan mengakibatkan gangguan pada saluran
pernapasan. Suhu yang nyaman untuk ayam ialah 25-28OC dengan
kelembaban 60-70%. Kelembaban udara < 50% akan menyebabkan membran mukosa
saluran pernapasan termasuk sinus kering. Akibatnya aktivitas silia menjadi
terhambat dan potensi masuknya debu maupun bibit penyakit meningkat. Sedangkan
kelembaban yang terlalu tinggi dapat menaikkan konsentrasi amonia di udara dan
memudahkan tumbuhnya jamur. Jika hal tersebut tidak segera diatasi, maka
penyakit pernapasan pun tak dapat dihindari.
b.
Kualitas
air minum
Peternakan yang menggunakan air minum dari air
permukaan (sumur dengan kedalaman < 50 m, air sungai atau air danau),
kemungkinan memiliki kualitas air yang rendah terutama jumlah bakteri Escherichia
coli yang tinggi. Jika hal ini tidak disikapi dengan benar dapat
menjadi faktor pendukung timbulnya penyakit colibacillosis, dimana predileksi
penyakit ini juga dapat menyerang saluran pernapasan ayam. Hal inilah yang
menjadi penyebab colibacillosis mudah menumpangi CRD dan korisa.
c.
Kualitas
pakan
Komposisi pakan yang tidak seimbang dapat memicu
terjadinya penyakit pernapasan. Terutama kadar protein dan garam dalam pakan.
Kelebihan protein kasar pada ransum akan disekresikan bersama feses sehingga
kadar asam urat di feses meningkat. Akibatnya, asam urat tersebut akan
diuraikan oleh bakteri ureolitik menjadi amonia. Begitu juga jika kadar garam
tinggi yang akan memicu peningkatan konsumsi air minum sehingga feses menjadi
lebih encer. Feses yang encer akan mempercepat pembentukan gas amonia.
d.
Kualitas litter
Litter
yang basah bisa menjadi tempat berakumulasinya gas-gas yang berbahaya bagi ayam,
seperti amonia dan H2S. Kadar amonia yang dapat ditoleransi ayam
adalah < 20 ppm (part per million atau 1:1 juta). Kadar amonia
yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan sistem pernapasan diantaranya merusak
silia dan produksi lendir berlebih, mengganggu gerakan silia bahkan dapat
mengakibatkan iritasi konjungtiva mata.
2.
Infeksius
Faktor infeksius juga
dapat menyebabkan gangguan pernapasan, misalnya karena infeksi virus (AI, ND,
IB dan ILT), bakteri (CRD dan korisa) dan cacing (cacing Syngamus
trachea). Dibandingkan dengan kasus viral dan cacingan, penyakit pernapasan
yang disebabkan bakteri paling sering terjadi di lapangan. Hal ini didukung
data kejadian penyakit di lapangan, seperti pada tabel berikut.
2.8.
Penanganan Penyakit Pernapasan
Akibat yang ditimbulkan penyakit pernapasan dapat
mempengaruhi produktivitas ayam, oleh karena itu penanganannya harus dilakukan
dengan cepat dan tepat.
1.
Penanganan saat terjadi kasus
a.
Identifikasi
penyebab
Cari penyebab kasus penyakit pernapasan, karena faktor
non infeksius (contoh ventilasi udara kurang atau kadar amonia terlalu tinggi)
atau infeksi penyakit. Identifikasi yang salah berakibat pada penanganan yang
salah. Hal inilah yang kadang menyebabkan kasus penyakit sulit diatasi. Pada
kasus karena penyakit, juga harus dilakukan diagnosa secara cepat dan tepat.
Hal tersebut terkait dengan pemilihan antibiotik yang sesuai untuk penanganan
penyakit.
b.
Isolasi
dan seleksi
Seleksi/ culling atau afkir ayam yang
telah menunjukkan infeksi parah, hal ini lebih baik dilakukan untuk
meminimalkan penyebaran atau penularan bibit penyakit antar ayam. Jika merasa
sayang untuk diafkir, peliharalah di kandang isolasi.
c.
Pemberian
antibiotik
Setelah diagnosa tepat dan telah diketahui
penyebabnya, berikan antibiotik sesuai penyakit dan tingkat keparahan penyakit.
Contohnya pada kasus CRD, jangan memberikan obat dari golongan penisillin,
karena penisillin bekerja secara inhibisi (menghambat) pembentukan dinding sel
sedangkan Mycoplasma tidak memiliki dinding sel. Pada kasus
yang parah, pilih antibiotik dengan metode aplikasi suntikan untuk mempercepat
penyembuhan penyakit. Vet Strep dapat menjadi antibiotik
pilihan. Atau bisa juga dilakukan kombinasi pemberian antibiotik melalui air
minum dan injeksi. Pilihan antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan CRD
dan korisa yaitu Proxan-C,
Proxan-S, Neo Meditril, dll (pilih salah satu). Yang perlu diperhatikan
pada saat pemberian obat adalah ketepatan pemilihan obat sesuai penyakit yang
menyerang, ketepatan dosis, lama waktu kontak obat dan kualitas air minum.
d.
Pemberian
vitamin
Terapi supportif dengan pemberian
multivitamin contohnya Strong n Fit, Fortevit atau Vita
Stress malam hari setelah pengobatan, diharapkan dapat mempercepat
pemulihan kondisi tubuh ayam.
e.
Perbaikan
manajemen pemeliharaan dan biosekuriti dilakukan secara ketat.
2.
Penanganan untuk mencegah terjadinya kasus penyakit
Agar penyakit
pernapasan karena faktor infeksius sekaligus non infeksius dapat dicegah perlu
dilakukan program gabungan yang komprehensif yaitu :
A.
Lingkungan kandang nyaman
Ayam akan nyaman jika
tatalaksana pemeliharaan ayam dilakukan dengan baik. Struktur kandang yang
perlu diperhatikan agar ayam nyaman yaitu tipe dan ketinggian lantai kandang,
bahan dan model atap, jarak antar kandang dan arah kandang. Jika struktur
kandang telah dibangun dengan baik, kita akan dengan mudah mengatur hal-hal
berikut:
1)
Suhu dan kelembaban
Agar kondisi kandang nyaman, lakukan pengecekan suhu dan kelembaban dengan
termohygrometer yang dipasang di tengah kandang. Atau dapat juga dilihat dari
tingkah laku ayam, jika ayam aktif maka kondisi kandang telah nyaman.
2)
Kecepatan aliran angin
Penambahan exhaust fan atau blower dapat
membantu sirkulasi udara. Dalam pemakaiannya harus memperhatikan arah dan
kecepatan angin. Kecepatan aliran angin yang menerpa tubuh ayam tidak lebih
dari 2,5-3 m/detik untuk ayam dewasa dan untuk ayam kecil (masa brooding)
tidak boleh lebih dari 0,3-0,6 m/detik.
3)
Kontrol debu dan ammonia
Pilih bahan litter
yang mudah menyerap air dan tidak menimbulkan debu. Sebelum bahan litter digunakan
desinfeksi terlebih dahulu. Agar litter tidak mudah basah
hati-hati saat penggantian air minum, periksa kondisi atap jangan sampai ada
yang bocor terutama saat musim hujan, atur kepadatan kandang dan lakukan
pembalikan litter atau penambahan litter baru.
4)
Kepadatan kandang
Kepadatan kandang yang berlebih akan meningkatkan
kompetisi antar ayam dalam mendapatkan oksigen, ransum dan air minum. Oleh
karenanya atur kapasitas kandang, jangan sampai berlebihan. Secara normal 1 m2 bisa
digunakan untuk 6-8 ekor atau 15 kg berat badan ayam broiler dewasa.
B.
Program kesehatan
Karena tingkat
kerugian akibat serangan korisa lumayan besar dan ayam yang pernah terserang
bersifat carrier (pembawa), vaksinasi bisa menjadi pilihan
sebagai tindakan pencegahan. Vaksinasi ayam layer dilakukan pada umur 6-8
minggu dan diulangi 16-18 minggu. Pada kondisi khusus misalnya ayam masih
sering terserang pada masa produksi, vaksinasi dapat dilakukan 3 kali pada masa pullet (sebelum
masuk masa produksi). Sedangkan vaksinasi ayam broiler pada umur 1-2 minggu.
Akan lebih tepat bila jadwal vaksinasi disesuaikan dengan kondisi di peternakan
setempat, paling lambat 3-4 minggu sebelum umur serangan penyakit (dapat
diamati dari sejarah terjadinya penyakit di farm). Gunakan vaksin Medivac
Coryza T Suspension, Medivac Coryza T Emulsion atau Medivac
Coryza B.
Pemberian
multivitamin disaat kondisi rawan (misalnya perubahan musim/ cuaca, saat pindah
kandang, saat awal produksi atau puncak produksi) dapat meningkatkan kondisi
tubuh ayam. Pemberian antibiotik saat terjadi kasus CRD atau korisa yang
merebak di farm tetangga yang lokasinya berdekatan dengan farm kita
dapat menjadi cleaning program (pemberian antibiotik sebagai
usaha pencegahan).
C.
Biosekuriti
Sanitasi dan
desinfeksi yang dilakukan secara rutin dapat mengurangi populasi bibit penyakit
yang berada di sekitar ayam. Langkah-langkah
biosekuriti yang dapat dilakukan yaitu :
a.
Pencucian
dan desinfeksi peralatan kandang (tempat ransum, tempat minum) secara rutin
b.
Semprot
kandang setiap 1-2 minggu sekali dengan menggunakan desinfektan seperti Antisep,
Neo Antisep atau Zaldes.
Saat terjadi kasus semprot kandang sebaiknya diperketat, hati-hati saat
penyemprotan jangan mengenai larutan obat/vitamin
c.
Sanitasi
air minum menggunakan Antisep, Neo Antisep atau Desinsep secara
rutin dapat mencegah penularan penyakit melalui air minum, selain itu
meminimalkan cemaran bakteri E. coli. Saat terjadi kasus CRD
kompleks, sanitasi air minum dapat dilakukan malam hari setelah pengobatan
d.
Saat
kontrol ayam sehari-hari, awali dari ayam berumur muda ke ayam tua. Hal ini
untuk meminimalkan penularan penyakit terutama jika pemeliharaan ayam tidak
menerapkan sistem all in all out pada farm broiler
atau one age farming pada farm layer
e.
Pekerja
kandang harus disiplin menggunakan alas kaki atau baju khusus untuk bekerja di farm,
cuci tangan dan desinfeksi alas kaki saat akan pindah ke kandang lain
f.
Tamu
asing yang tidak berkepentingan tidak diijinkan untuk memasuki areal kandang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penyakit
Pernapasan yang tak Pernah Tuntas. http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/penyakit/penyakit-pernapasan.
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2010 pada pukul 13.02 WIB.
Campbell, N.A. 1999. BIOLOGI edisi kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta
Drs. Foster dan Smith. 2007. Respiratory System of Birds: Anatomy and Physiology. http://www.edb.utexas.edu/petrosino/Legacy_Cycle/mf_jm/Challenge3/Pet%20Educatio-Birds.pdf.
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2010 pukul 15.15 WIB.
Diana. 2008. Sistem Respirasi.
http://dhedia.wordpress.com/2008/05/23/sistem-respirasi/. Diakses pada tanggal 06Oktober
2010 pukul 12.30 WIB
Frandson, R.D. 1992. Anatomi
dan Fisiologi Ternak. UGM Press. Yogyakarta
Irmaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
hewan. Kanisius.Yogyakarta.
Moreng, RE. and John SA. 1985. Poultry Science and Production.
Resto Publishing Company. Inc. pp. 135-161
Radiopoetro. 1988. Zoologi.
Erlangga. Jakarta
Sembiring, P. 2009. Buku Ajar dan Penuntun Dasar Ternak Unggas. USU press, Medan
Suprijatna, Edjeng. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Bogor..
Wiryadi. 2008. Sistem Respirasi.
http://www.scribd.com/doc/22234288/SISTEM-RESPIRASI. Diakses pada tanggal 05
Oktober 2010 pukul 12.34 WIB.
Villee. 1989. Zoologi
umum. Erlangga. Jakarta.